CIREBON – Hobi jalan-jalan berujung ide menciptakan peluang usaha agaknya patut dicontoh. Tengoklah Saptaji. Kegemarannya jalan-jalan ke luar kota, anak muda berusia 24 tahun itu kini sukses menjadi pengusaha produsen bolu.
Tidak tanggung-tanggung, bolu yang ia ciptakan merupakan hasil inovasi dan satu-satunya diproduksi di Cirebon. Saptaji memberi nama Cake Pisang Kukus Banana Keraton.
“Ide itu muncul karena saya suka jalan-jalan ke luar kota. Misalnya ke Bogor pulang bawa makanan oleh-oleh khas Bogor. Begitupun kalau pergi kota lainnya, oleh-olehnya pasti makanan khas daerah itu,” katanya kepada
Rakyat Cirebon, Selasa (24/11).
Ditemui Rakcer di outletnya di Jalan Raya Kemalaka Nomor 10 Kedawung Kabupaten Cirebon, Saptaji bercerita banyak soal ihwal usaha yang sekarang digelutinya.
Sejak Januari 2015, usaha cake pisang kukus ini mulai dipasarkan secara umum memanfaatkan media sosial seperti BBM, FB dan Instagram. Bak gayung bersambut pesanan pun mulai mengalir.
Yakin usaha ini mempunyai prospek, akhirnya Saptaji beranikan diri membuka outlet sekaligus membentuk tim mulai dari tim produksi hingga pemasaran.
Keyakinan Saptaji ternyata tidak meleset. Perkembangannya hingga saat ini menunjukan grafik meningkat.
“Alhamdulillah perkembangannya cukup pesat. Selain pembeli datang langsung ke outlet, kita juga titip di Toko Daud, Batik Trusmi dan Batik EB dengan sistem konsinyasi,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, yang paling membanggakannya ternyata banyak pelanggannya menjadi reseller dan ikut jualan.
Alhasil omset pun mulai menampakan hasil. Rata-rata cake pisang yang terjual dalam sebulan mencapai dua ribu dus dengan harga per dus Rp30 ribu. Ada lima varian rasa yang ia jual, masing-masing rasa keju, coklat, stroberry, blueberry dan oreo.
Sukses yang dicapai saat ini memang tak semudah memulainya. Saptaji mengatakan, usaha cake pisang dicapai setelah melalui beberapa tahapan usaha sebelumnya.
Gagal usaha satu kembali memulai usaha lainnya, itu prinsip Saptaji.
Pria yang pernah kuliah tapi ditinggalkannya karena lebih tertarik ke bisnis ini mengawali usahanya dalam bidang budi daya ikan lele. Usahanya berlanjut ke jualan susu sapi murni dalam kemasan. Sayangnya kedua usaha itu tidak menghasilkan keuntungan malah merugi.
“Saya tidak putus asa. Usaha berlanjut ke penjualan kripik pisang,” lanjutnya. Padahal saat itu ia mengaku sudah tidak punya modal. Akhirnya Saptaji pinjam modal Rp200 ribu ke temannya. Uang pinjaman itu digunakan untuk belanja kripik pisang.
Usaha ini merupakan kerja sama dengan temannya. “Teman yang memproduksi, hasilnya saya beli untuk dijual kembali dengan brand milik saya yaitu Benana Keraton,” ungkapnya. Usaha penjualan kripik pisang ini hingga kini masih berjalan.
Usaha penjualan kripik pisang mulai berkembang dan balik modal (BEP-red). Pada 2014 Saptaji mulai mencari inovasi membuat bolu pisang. Awalnya cara memproduksinya gagal terus.
“Ada yang bantet ada juga yang gosong, maklum saya belum terbiasa,” katanya sambil tertawa.
Kisah “dukanya” berakhir ketika ia ketemu dengan orang Bogasari.
Berkat bantuan tim training Bogasari, ia belajar teknik membuat bolu yang baik dan benar. “Usai itu saya praktek sendiri dan resepnya saya rombak. Jadilah cake pisang kukus,” ungkapnya.
Saptaji mengungkapkan keinginannya agar cake pisang kukus ini menjadi salah satu makanan oleh-oleh Cirebon sama seperti ia sering jalan-jalan ke luar kota Cirebon.
Target ke depan baginya cukup sederhana.
“Saya ingin punya satu kabupaten minimal satu outlet di Wilayah III Cirebon,” ucap Saptaji.
Pria yang masih membujang ini mengatakan keinginan cake ini adalah oleh-oleh Cirebon sehingga ia tidak berpengaruh untuk ekspasi di luar Wilayah III Cirebon. (irw/opl)